Sunday, March 31, 2013

Perbedaan Karya Ilmiah, Semi Ilmiah, dan Non Ilmiah

Diposkan oleh JJhaemin di 4:54 PM
1. KARYA ILMIAH

A. Pengertian Karya Ilmiah
Karya Ilmiah atau tulisan ilmiah adalah karya seorang ilmuwan (yang berupa hasil pengembangan) yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang diperoleh melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, dan pengetahuan orang lain sebelumnya.


B. Tujuan Karya Ilmiah
Agar gagasan penulis karya ilmiah itu dapat dipelajari, lalu didukung atau ditolak oleh pembaca.

C. Fungsi Karya Ilmiah
Sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.


D. Ciri - Ciri Karya Ilmiah
1. Objektif, keobjektifan ini tampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga setiap pernyataan atau simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti - bukti yang bisa dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, siapa pun dapat mengecek (memverifikasi) kebenaran dan keabsahannya.
2. Netral, kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingan - kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu, pernyataan - pernyataan yang bersifat mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca perlu dihindarkan.
3. Sistematis, uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola pengembangan tertentu. Dengan demikian, pembaca akan bisa mengikuti dengan mudah alur uraiannya.
4. Logis, kelogisan ini dapat dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif atau deduktif. Jika ingin menyimpulkan fakta atau data digunakan pola induktif, sebaliknya jika ingin membuktikan teori atau hipotesis digunakan pola deduktif.
5. Menyajikan Fakta, setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional sebaiknya di hindarkan.
6. Tidak Pleonastis, kata - kata yang digunakan tidak berlebihan, jelas atau tidak berbelit - belit.
7. Bahasa yang digunakan bersifat formal dan sesuai dengan EYD.

E. Jenis - Jenis Karya Ilmiah
Jenis-jenis karya ilmiah di perguruan tinggi, menurut Arifin (2003), dibedakan menjadi:
1. Makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. makalah menyajikan masalah dengan melalui proses berpikir
deduktif atau induktif.
2. Kertas kerja seperti halnya makalah, adalah juga karya tulis ilmiah yang menyajikan sesuatu berdasarkan
data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Analisis dalam kertas kerja lebih mendalam daripada
analisis dalam makalah.
3. Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain.
Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empiris-objektif, baik bedasarkan penelitian
langsung (obsevasi lapangan, atau percobaan di laboratorium), juga diperlukan sumbangan material berupa
temuan baru dalam segi tata kerja, dalil-dalil, atau hukum tertentu tentang salah satu aspek atau lebih di
bidang spesialisasinya.
4. Tesis adalah karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam dibandingkan dengan skripsi. Tesis
mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian sendiri.
5. Disertasi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis
berdasarkan data dan fakta yang sahih (valid) dengan analisis yang terinci). Disertasi ini berisi suatu
temuan penulis sendiri, yang berupa temuan orisinal. Jika temuan orisinal ini dapat dipertahankan oleh
penulisnya dari sanggahan penguji, penulisnya berhak menyandang gelar doktor (S3).



2. KARYA SEMI ILMIAH

A. Pengertian Karya Semi Ilmiah
Semi ilmiah adalah sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisnnya pun tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis - analitis karena sering di masukkan karangan non - ilmiah.




3. KARYA NON ILMIAH

A. Pengertian Karya Non Ilmiah
Karya non ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari - hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan.



B. Ciri - Ciri Karya Non Ilmiah
1. Emotif, menonjolkan sifat kemewahan yang lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi.
2. Persuasi, terdapat suatu penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informatif.
3. Deskriptif,

C. Jenis - Jenis Karya Non Ilmiah
1. Dongeng, suatu kisah yang di angkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhluk lainnya.
2. Cerpen, suatu bentuk naratif fiktif, cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya - karya fiksi yang lebih panjang.
3. Novel, karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif.
4. Drama, suatu karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor.
5. Roman, sejenis karya sastra dalam bentuk prosa atau gancaran yang isinya melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing - masing.


4. PERBEDAAN KARYA ILMIAH DENGAN SEMI ILMIAH
Bahasa pada karya ilmiah menggunakan bahasa Indonesia resmi, yaitu menerapkan kesantunan ejaan (EYD), kesantunan diksi, kesantunan kalimat, kesantunan paragraf, menggunakan kata ganti pertama "penulis", memakai kata baku atau istilah ilmiah, bukan popular, menggunakan makna denotasi, menghindarkan unsur bahasa kedaerahan, dan mengikuti konvensi penulisan ilmiah (bagian awal, bagian isi, bagian akhir). Berbeda dengan karya ilmiah, karya semi ilmiah menggunakan kata - kata bermakna konotasi dan figurative, menggunakan istilah - istilah yang umum atau popular, dan menggunakan kalimat yang kurang efektif.

5. PERBEDAAN KARYA ILMIAH DENGAN NON ILMIAH
* Karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian, adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti dengan adanya pembuktian melalui pengamatan atau observasi.
* Karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara - cara tertentu dengan langkah - langkah teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi,
* Dalam pembahasannya, karya ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Di tulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah.


Sumber:
http://www.fali.unsri.ac.id/index.php/menu/42. Akses tanggal 31 Maret 2013
   
http://uzi-online.blogspot.com/2012/03/perbedaan-karangan-ilmiah-non-ilmiah.html. Akses tanggal 31 Maret 2013

Sunday, March 24, 2013

Penalaran Deduktif

Diposkan oleh JJhaemin di 7:59 AM
1. PENALARAN DEDUKTIF

Penalaran deduktif bergerak dari sesuatu yang bersifat umum ke khusus. Penarikan kesimpulan dengan cara deduktif tidak menghasilkan pengetahuan baru, karena kesimpulannya telah tersirat pada premisnya. Penalaran deduktif dapat merupakan silogisme dan entimem.

2. MACAM - MACAM PENALARAN DEDUKTIF

a. Silogisme
Adalah cara berpikir formal, yang jarang terjadi dalam kehidupan sehari - hari, kita menemukan polanya saja, misalnya :
Ia dihukum karena melanggar peraturan X
Sebenarnya dapat dibentuk secara formal atau silogisme, yaitu :
* Semua yang melanggar peraturan X akan dihukum.
* Ia melanggar peraturan X.
* Ia dihukum.

Silogisme terdiri atas tiga term (mayor, tengah, dan minor) dan tiga proposisi (premis mayor, premis minor, dan kesimpulan)
Contoh :
1. Premis mayor : Semua orang kaya memiliki banyak uang.
    Premis minor  : Semua direktur adalah orang kaya.
    Kesimpulan    : Semua direktur memiliki banyak uang.

b. Entimem
Silogisme yang salah satu premisnya dihilangkan atau tidak di ucapkan karena sudah sama - sama diketahui.
Contoh :
Menipu adalah dosa karena merugikan orang lain
Kalimat di atas dapat dipenggal dua, yaitu :
* Menipu adalah dosa
* Karena (menipu) merugikan orang lain.



3. JENIS - JENIS SILOGISME

Berdasarkan bentuknya, silogisme terdiri dari:
a. Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
Contoh:
* Premis Mayor : Semua tumbuhan membutuhkan air.
* Premis Minor  : Akasia adalah tumbuhan.
* Konklusi         : Akasia membutuhkan air.

Hukum - Hukum Silogisme Kategorik
a. Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
Contoh:
* Premis Mayor : Semua yang halal dimakan menyehatkan
* Premis Minor  : Sebagian makanan tidak menyehatkan
* Konklusi         : Sebagian makanan tidak halal dimakan

b. Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh:
* Premis Mayor : Semua korupsi tidak disenangi       
* Premis Minor  : Sebagian pejabat korupsi
* Konklusi         : Sebagian pejabat tidak disenangi

c. Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan.
Contoh:
* Premis 1 : Beberapa politikus tidak jujur
* Premis 2 : Bambang adalah politikus

Kedua premis tersebut tidak bisa disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka kesimpulannya hanya bersifat kemungkinan (bukan kepastian).
Konklusi : Bambang mungkin tidak jujur

d. Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya positif.
Contoh:
* Premis 1 : Kerbau bukan bunga mawar       
* Premis 2 : Kucing bukan bunga mawar
Kedua premis tersebut tidak mempunyai kesimpulan

e. Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan.
Contoh:
Semua ikan berdarah dingin.
Binatang ini berdarah dingin.
Maka, binatang ini adalah ikan?
Mungkin saja binatang melata.

f. Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah.
Contoh:
* Premis 1 : Kerbau adalah binatang.
* Premis 2 : Kambing bukan kerbau.
   Kambing bukan binatang ?
Binatang pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis 1 bersifat positif

g. Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.
Contoh:
* Premis Mayor : Bulan itu bersinar di langit.
* Premis Minor  : Januari adalah bulan.
* Januari bersinar dilangit?

h. Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konkulsinya.
Contoh :
Premis 1 : Kucing adalah binatang.
Premis 2 : Domba adalah binatang.
Premis 3 : Beringin adalah tumbuhan.      
Premis 4 : Sawo adalah tumbuhan.
Dari premis tersebut tidak dapat diturunkan kesimpulannya

b. Silogisme Hipotetik
Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:

# Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
   Contoh:
   * Premis Mayor : Jika hujan saya naik becak.      
   * Premis Minor  : Sekarang hujan.
   * Konklusi         : Saya naik becak.

# Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya.
   Contoh :
   * Premis Mayor : Jika hujan, bumi akan basah.
   * Premis Minor  : Sekarang bumi telah basah.
   * Konklusi         : Hujan telah turun.

# Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.
   Contoh :
   * Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
   * Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.
   * Kegelisahan tidak akan timbul.

 # Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.
    Contoh :
    * Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
    * Pihak penguasa tidak gelisah.
    * Mahasiswa tidak turun ke jalanan.

Hukum-hukum Silogisme Hipotetik 

Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum silogisme hipotetik adalah:

* Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
* Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
* Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
* Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.

c. Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:

* Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
* Nenek Sumi berada di Bandung.
* Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

d. Silogisme Disjungtif

Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disjungtif, sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya.

Silogisme ini ada dua macam yaitu:
d.1 Silogisme disjungtif dalam arti sempit
Silogisme disjungtif dalam arti sempit berarti mayornya mempunyai alternatif kontradiktif.
Contoh :
* Premis 1 : Heri jujur atau berbohong.
* Premis 2 : Ternyata Heri berbohong.
* Konklusi : Ia tidak jujur.

d.2 Silogisme disjungtif dalam arti luas
Silogisme disjungtif dalam arti luas berarti premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontradiktif.
Contoh :
* Premis 1 : Hasan di rumah atau di pasar.      
* Premis 2 : Ternyata tidak di rumah.
* Konklusi : Hasan di pasar.

Hukum - Hukum Silogisme Disjungtif
a. Silogisme disjungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid.
Contoh:
* Hasan berbaju putih atau tidak putih.
* Ternyata Hasan berbaju putih.
* Hasan bukan tidak berbaju putih.

b. Silogisme disjungtif dalam arti luas, kebenaran konklusinya adalah bila premis minor mengakui salah satu alternatif, maka konklusinya sah (benar).
Contoh :
* Budi menjadi guru atau pelaut.
* Budi adalah guru.
* Maka Budi bukan pelaut.

c. Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif, maka konklusinya tidak sah (salah).
Contoh :
* Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogyakarta.
* Ternyata tidak lari ke Yogyakarta
* Dia lari ke Solo?
Konklusi yang salah karena bisa jadi dia lari ke kota lain.

Sumber : 

Minto Rahayu, 'Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi', Depok : Grasindo 2007


http://id.wikipedia.org/wiki/Silogisme

Sunday, March 17, 2013

Penalaran

Diposkan oleh JJhaemin di 4:04 PM
1. PENGERTIAN PENALARAN

Penalaran memiliki beberapa pengertian, yaitu :

1. Proses berpikir logis, sistematis, terorganisasi dalam urutan yang saling berhubungan sampai dengan simpulan,
2. Menghubung-hubungkan fakta atau data sampai dengan suatu simpulan,
3. Proses menganalisis suatu topic sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian baru,
4. Dalam karangan terdiri dari dua variabel atau lebih, penalaran dapat diartikan mengkaji, membahas atau menganalisis dengan menghubungkan variabel yang dikaji sampai menghasilkan derajat hubungan dan simpulan,
5. Pembahasan suatu masalah sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru.

2. SYARAT - SYARAT PENALARAN

a. Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
b. Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.

3. UNSUR - UNSUR PENALARAN

1. Topik, yaitu ide sentral dalam bidang kajian tertentu yang spesifik dan berisi sekurang – kurangnya dua variabel.
2. Dasar pemikiran, pendapat, atau fakta dirumuskan dalam bentuk proposisi yaitu kalimat pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau kesalahannya.

Proposisi mempunyai beberapa jenis, yaitu :
a. Proposisi empirik, proposisi berdasar fakta.
Contoh : Anak cerdas  dapat memanfaatkan potensinya.
b. Proposisi mutlak, pembenaran yang tidak memerlukan pengujian untuk menyatakan benar dan salah. Contoh : Gadis yaitu wanita mudah yang belum pernah menikah.
c. Proposisi hipotetik, persyaratan hubungan subjek dan predikatyang harus dipenuhi.
Contoh : Jika di jemput, Rudi akan ke rumah Andi.
d. Proposisi positif universal, pernyataan positif yang mempunyai kebenaran mutlak.
Contoh : Semua manusia akan meninggal.
e. Proposisi kategoris, tidak adanya persyaratan hubungan subjek dan predikat.
Contoh : Jono akan menikahi Sari.
f. Proposisi positif parsial, pernyataan bahwa sebagian unsure pernyataan tersebut berdifa positif.
Contoh : Sebagian orang ingin hidup kaya.
g. Proposisi negative universal, kebalikan dari proposisi positif universal.
Contoh : Tidak ada gajah tidak berbelalai.
h. Proposisi negative parsial, kebalikan dari proposisi positif parsial.
Contoh : Sebagian orang hidup menderita.

4. Proses berpikir ilmiah, kegiatan yang dilakukan secara sadar, teliti, dan terarah menuju suatu kesimpulan.
5. Logika, metode pengujian ketepatan penalaran, penggunaan argument (alasan), argumentasi (pembuktian), fenomena, dan justifikasi (pembenaran).
6. Sistematika, seperangkat proses atas bagian – bagian atau unsur – unsur proses berpikir ke dalam suatu kesatuan.
7. Permasalahan, pertanyaan yang harus dijawab (dibahas) dalam karangan.
8. Variabel, unsur satuan pikiran dalam sebuah topik yang akan dianalisis.
9. Analisis (pembahasan, penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi, mengklasifikasi, mencari hubungan (korelasi), membandingkan, dll.
10. Pembuktian (argumentasi) yaitu proses pembenaran bahwa proposisi itu terbukti kebenarannya atau kesalahannya.
11. Hasil, akibat yang ditimbulkan dari sebuah analisis induktif atau deduktif.
12. Kesimpulan (simpulan), penafsiran atau hasil pembahasan, dapat berupa implikasi atau inferensi.


3. MACAM - MACAM PENALARAN

3.1 Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah proses berpikir logis yang diawali dengan observasi data, pembahasan, dukungan pembuktian, dan diakhiri kesimpulan umum.

Penalaran induktif terdiri dari tiga macam, yaitu :

a. Generalisasi, proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala (data) yang bersifat khusus, serupa, atau sejenis yang disusun secara logis dan di akhiri dengan kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh : Pemuda – pemuda yang sangat radikal tampaknya akan menjadi konservatif bila sudah memperoleh harta dan kekuasaan.

Macam - macam generalisasi :
- Generalisasi Sempurna
Generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh: Sensus penduduk
- Generalisasi Tidak Sempurna
Generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantaloon. Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna.

b. Analogi, proses penalaran berdasarkan pengamatan terhadap gejala khusus dengan membandingkan atau mengumpamakan suatu objek yang sudah teridentifikasi secara jelas terhadap objek yang dianalogikan sampai dengan kesimpulan yang berlaku umum.

Analogi mempunyai 4 fungsi,antara lain :
- Membandingkan beberapa orang yang memiliki sifat kesamaan
- Meramalkan kesamaan
- Menyingkapkan kekeliruan
- Klasifikasi

c. Sebab – akibat, proses penalaran berdasarkan hubungan ketergabungan antar gejala yang mengikuti pola:

- Sebab- akibat.
Contoh : Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.
- Akibat – Sebab.
Contoh : Andika tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.
- Akibat – Akibat.
Contoh : Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di rumah basah.


3.2 Penalaran Deduktif, bersifat spesifikasi (pengkhususan). Deduktif adalah proses berpikir yang bertolak dari sesuatu yang umum (prinsip, hukum, teori, keyakinan) menuju hal – hal khusus.
Contoh:
Semua mahluk akan mati.
Manusia adalah mahluk.
Karena itu, semua manusia akan mati.

Penalaran deduktif terdiri dari dua macam, yaitu :
- Silogisme, proses penalaran yang menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan sebuah kesimpulan yang merupakan proposisi ketiga. Silogisme terdiri atas tiga bagian : premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Contoh:
Premis mayor   : semua cendikiawan adalah pemikir.
Premis minor    : Sasono adalah cendekiawan.
Kesimpulan      : Jadi, Sasona adalah pemikir.
- Entimem, bagian silogisme yang di anggap telah dipahami akan dihilangkan.
Contoh:
Lumba - lumba melahirkan anak dan tidak bertelur karena termasuk binatang mamalia.






Sumber :

Hs, Widjono. 2007. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan di Perguruan Tinggi (Edisi Revisi, cetakan ke-2). Jakarta: Grasindo

Puspandari, Dyas. 2009. Bahasa Indonesia. Bandung : Politeknik Telkom

http://ykrespati.wordpress.com/2011/10/27/macam-macam-penalaran/

http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran




Free Breast Cancer Pink Heart Ribbon Glitter Cursors at www.totallyfreecursors.com

 

DoubleJ Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review